Hubungan Penerimaan Diri dengan Kemandirian Psikososial Anak Berkebutuhan Khusus

Syifa' Salsabila Wahyudi, Muya Barida

Abstract

Abstract: Students with a physical disability with high self-understanding will form an attitude of acceptance of themselves, but it will also foster an attitude of psychosocial independence. The existence of self-acceptance from students with disabilities will promote good psychosocial independence, so it is necessary to strengthen the student with disabilities to accept their current conditions. This study aimed to determine whether or not there is a correlation between self-acceptance and psychosocial independence of students with disabilities in special schools in Yogyakarta. This research used a correlational design. The subjects of this study were students with disabilities who attended several special schools in Yogyakarta, with a total sample of 30 students with disabilities. The research instrument is a psychological scale of self-acceptance and psychosocial independence. The data analysis method used a non-parametric statistical analysis technique, the Spearman Rank Test. This method is used because one data is not normally distributed. The results of this study can be concluded that there is a correlation between self-acceptance and psychosocial independence of special school students with disabilities in Yogyakarta.


Abstrak: Siswa penyandang disabilitas fisik yang memiliki pemahaman diri tinggi akan membentuk sikap penerimaan diri, juga sikap kemandirian psikososial. Adanya penerimaan diri dari siswa penyandang disabilitas akan menumbuhkan kemandirian psikososial yang baik, sehingga perlu adanya penguatan pada siswa penyandang disabilitas untuk dapat menerima kondisinya saat ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara penerimaan diri dengan kemandirian psikososial siswa penyandang disabilitas di SLB di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan desain korelasional. Subjek penelitian ini adalah siswa penyandang disabilitas yang bersekolah di beberapa SLB di Yogyakarta dengan jumlah sampel 30 siswa penyandang disabilitas yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian berupa skala psikologis penerimaan diri dan kemandirian psikososial. Metode analisis data menggunakan teknik analisis statistik non parametrik yaitu Uji Rank Spearman. Metode ini digunakan karena ada satu data yang tidak berdistribusi normal. Hasil penelitian ini menunjukkab bahwa ada hubungan antara penerimaan diri dengan kemandirian psikososial siswa penyandang disabilitas di SLB di Yogyakarta.

References

Anggraini, R. R. (2013). Persepsi orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus. Jurnal PLB FIP UNP, 1(1), 258–265.
Asnawari. (2016). Permasalahan psikososial keluarga dengan anak tunagrahita di SLBN 02 Jakarta Selatan. Jakarta: Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Barida, M., & Widyastuti, D. A. (2019). Acceptance and commitment therapy (ACT) to improve educators self-acceptance of children with special needs. KONSELI : Jurnal Bimbingan dan Konseling (E-Journal), 6(2), 117–124. https://doi.org/10.24042/kons.v6i2.4701
Mualifah,A., Barida,M. & Farhana,L. (2019). The effect of self-acceptance and social adjustment on senior high school student’s self-concept. International Journal of Educational Research Review,Special Issue,719-724.
Bilqis. (2014). Lebih dekat dengan anak tunadaksa. Yogyakarta: Relasi Inti Media.
Faradina, N. (2016). Penerimaan diri pada orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. 4(4), 386–396.
Hamid. (2009). Bunga rampai asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Egc.
Hurlock, E. (2013). Psikologi perkembangan anak. Jakarta: Erlangga.
Julita, E. (2019). Peran guru bimbingan konseling dalam proses belajar terhadap anak berkebutuhan khusus (Studi kasus di SLB Labui) [Skripsi]. UIN Ar-Raniry.
Machdan, D. M., & Hartini, N. (2012). Hubungan antara penerimaan diri dengan kecemasan menghadapi dunia kerja pada tunadaksa di UPT rehabilitasi sosial cacat tubuh Pasuruan. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 1(02), 79–85.
Merdiasi, D. (2013). Gambaran tuna daksa yang bekerja. Jurnal NOTICE Psychology, 3(2).
Miranda, D. (2013). strategi coping dan kelelahan emosional (emotional exhaustion) pada ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus (Studi kasus di rumah sakit jiwa daerah Atma Husada Mahakam Samarinda, Kalimantan Timur). eJournal Psikologi, 1(2), 123–135.
Muarifah, A., Barida, M., & Farhana, Lady. (2019). The effect of self-acceptance and social adjustment onsenior high school students’self-concept. International Journal of Educational Research Review, 4, 719–724. https://doi.org/10.24331/ijere.628712
Pangestuti, L., Aspin, & Arifyanto, A. T. (2018). Implementasi layanan bimbingan dan konseling bagi anak berkebutuhan khusus SLB AC Mandara Kendari. Jurnal Bening, 2(1), 57–67.
Pohan, D. S., Ulfiana, E., & Qona’ah, A. (2021). Analysis of factors affecting self-acceptance in older adult living in nursing homes. Indonesian Journal of Community Health Nursing, 6(2), 64–69. https://doi.org/10.20473/ijchn.v6i2.24981
Satyaningtyas, R., & Abdullah, S. M. (2012). Penerimaan diri dan kebermaknaan hidup penyandang cacat fisik. 1–13.
Susanto, A. (2018). Bimbingan dan konseling di sekolah (Konsep, teori dan aplikasinya). Jakarta: Prenadamedia Group.
Widyaningsih, E. S. (2018). Hubungan qanā’ah dengan kemandirian pada remaja penyandang tunadaksa di SLB-D YPAC Semarang. Fakultas Ushuluddin dan Humaniora. Universitas Islam Negeri Walisongo. Semarang.

Authors

Syifa' Salsabila Wahyudi
Muya Barida
muya.barida@bk.uad.ac.id (Primary Contact)
Wahyudi, S. S., & Barida, M. (2023). Hubungan Penerimaan Diri dengan Kemandirian Psikososial Anak Berkebutuhan Khusus. Buletin Konseling Inovatif, 3(1), 1–12. https://doi.org/10.17977/um059v3i12023p1-12

Article Details